Friday, November 25, 2016

PERTUMBUHAN FISIK ANAK USIA SEKOLAH

A.    Pertumbuhan Badan
Pertumbuhan pada masa anak berlangsung secara lambat namun konsisten. Masa ini merupakan periode tenang sebelum akhirnya mereka mengalami pertumbuhan yang cepat (grow spurt) dimasa remaja. Pada usia antara 6 dan 11 tahun, anak-anak tumbuh sekitar 2-3 inci (5,8 cm - 7,62 cm) setiap tahunnya dan beratnya bertambah sekitar dua kali lipat (McDowell, Fray, Odgen, & Flegal, 2008). Ketika berusia 11 tahun. Anak perempuan biasanya memiliki ketinggian 4 kaki 101/4 inci (147.95 cm) Sementara anak laki-laki biasanya memiliki ketinggian 4 kaki 9 inci (144.78 cm). Di masa kanak-kanak pertengahangan dan akhir anak-anak mengalami penambahan berat badan sebesar 5 hingga 7 pon (2,5 kg - 3,5 kg) setiap tahunnya. Pertambahan berat ini terutama terkait dengan peningkatan ukuran kerangka dan sistem  otot, maupun ukuran beberapa organ tubuh (Santrock, 2012).
Perubahan proporsi adalah perubahan fisik yang paling jelas terlihat dimasa anak-anak pertengahan dan akhir. Lingkar kepala, lingkar pinggang, dan panjang kaki, berkurang dibandingkan dengan ketinggian tubuh (Hockenberry & Wilson, 2009). Perubahan fisik yang kurang terlihat secara jelas adalah tulang mengeras di masa anak-anak namun menjadikan tekanan dan tarikan yang lebih kuat daripada tulang orang dewas. Jadi, pada masa ini peningkatan berat badan lebih banyak dibandingkan panjangkan badannya. Kaki dan tangan menjadi lebih panjang, dada dan panggul lebih besar. Peningkatan berat badan anak selama masa ini terjadi terutama karena bertambahnya ukuran sistem rangka dan otot, serta ukuran beberapa organ tubuh (Desmita, 2009).
Masa dan kekuatan otot meningkat secara bertahap di tahun-tahun ini, sementara “lemak bayi” mulai berkurang. Berak-gerakan bebas dan benturan-benturan pada lutut di masa anak-anak dapat menumbuhkan otot. Di masa ini, faktor hereditas maupun olahraga  dapat melipatgandakan kekuatan mereka. Anak laki-laki biasanya juga lebih kuat dibandingkan anak perempuan karena mimilki jumlah sel otot lebih banyak. Anak perempuan memiliki jaringan lemak lebih banyak daripada anak laki-laki, sifat ini akan terus bertahan hingga dewasa (Feldman, 2015).
Contoh anak laki-laki dan perempuan dari ras Afro Amerika cenderung tumbuh lebih cepat dibandingkan anak dari ras kulit putih. Pada usia 6 tahun, anak perempuan dari ras Afro Amerika memiliki massa otot dan massa tulang yang lebih besar daripada anak perempuan (dengan usia yang sama) dari ras Eropa Amerika (ras kulit putih) atau ras Meksiko Amerika, sedangkan anak perempuan dari ras Meksiko Amerika memiliki presentase lemak tubuh lebih besar dibandingkan dengan anak perempuan dengan ukuran yang sama dari ras kulit putih (Ellis, Abrams, & Wong, 1997).
Tabel 2.1
Tabel Pertumbuhan Fisik Anak pada Usia 6-11 tahun (presentil ke-50*)
Usia
Tinggi Badan (Inci)
Berat Badan (Pon)
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
6
46,6
47,6
48,8
52,2
7
49,5
49,3
56,6
56,4
8
51,4
51,3
62,1
64
9
54,5
54,0
75,0
71,2
10
56,6
55,7
89,2
82,2
11
59,6
58,8
104,3
97,4
*50% anak dari setiap kategori memiliki tinggi dan berat badan lebih tinggi dan berat badan di atas, sedangkan 50% berada di bawahnya.
Sumber: McDowell, Fryar, Odgen & Flegal, 2008.                  
Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa:
-          Pada usia 6 tahun anak laki-laki memiliki postur tubuh lebih tinggi dan memiliki badan lebih berat dibandingkan perempuan.
-          Pada usia 7 tahun anak perempuan memiliki postur tubuh lebih tinggi dan memiliki badan lebih berat dibandingkan anak perempuan.
-          Pada usia 8 tahun anak perempuan memiliki postur tubuh lebih tinggi dibanding anak laki-laki namun anak laki-laki memiliki berat badan lebih berat dibandingkan anak perempuan.
-          Pada usia 9-11 tahun anak perempuan memiliki postur tubuh lebih tinggi dan memiliki badan lebih berat dibandingkan anak perempuan.

B.     Perkembangan Motorik
Dimasa anak-anak, keterampilan motorik anak menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan di masa kanak-kanak. Anak-anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan makin pandai meloncat. Anak juga semakin mampu menjaga keseimbangan badannya. Penguasaan badan, seperti membongkok, melakukan bermacam-macam latihan senam serta aktivitas olahraga berkembang pesat (Desmita, 2009). Sebagai contoh, di usia 3 tahun, hanya satu dari seribu anak-anak yang dapat memukul bola tenis hingga melewati net, namun di usia 10 atau 11 tahun hampir semua anak dapat mempelajari olahraga ini.  Keterampilan motorik kasar ini banyak melibatkan aktivitas otot. Dimana anak laki-laki biasanya lebih unggul dibandingkan anak perempuan.
Meningkatkan mielinisasi (proses pematangan selubung saraf) dari sistem saraf pusat dapat terlihat dalam peningkatan keterampilan motorik halus dimasa anak-anak. Ana-anak lebih tangkas dalam menggunaan tanggannya. Anak-anak usia 6 tahun dapat menggunakan palu, menempel, mengikat tali sepatu, dan mengancingkan pakaian. Diusia 7 tahun, tangan anak-anak sudah lebih mantap. Di usia ini, anak-anak memilih menggunakan pensil dibandingkan krayon untuk menulis. Huruf yang ditulis terbalik juga sudah lebih jarang terjadi. Tulisan tangan anak-anak sudah lebih kecil. Di usia 8 hingga 10 tahun, tangan mereka dapat dipergunakan secara mandiri dengan lebih tenang dan tepat. Koordinasi motorik halus sudah berkembang hingga mencapai tahap di mana anak-anak sudah dapat menulis daripada sekedar mencetak kata-kata. Ukuran tulisan kursif menjadi lebih kecil dan mantap. Di usia 10 hingga 12 tahun, anak-anak mulai memperlihatkan keterampilan manipulasi yang serupa dengan kemampuan orang dewasa. Mereka dapat menguasai gerakan-gerakan yang kompleks, rumit dan cepat, yang dibutuhkan untuk menghasilkan atau untuk memainkan sebuah lagu dengan menggunakan sebuah instrumen musik. Keterampilan motorik halus pada anak-anak perempuan biasanya lebih unggul dibandingkan pada anak laki-laki (Santrock, 2012). Dibawah ini disajikan tabel perkembangan motorik anak:
Tabel. 2.2
Perkembangan Motorik Anak
Usia
 Perilaku
6
-        Anak perempuan superior dalam hal gerakan akurasi, sedangkan anak laki-laki dalam aktivitas yang banyak menggunakan tenaga, dan tidak terlalu kompleks.
-        Meloncat jika memungkinkan.
-        Anak mampu memindahkan tubuh dan melompat dengan lincah.
7
-        Keseimbangan satu kaki tanpa melihat memungkinkan.
-        Anak mampu berjalan di atas palang selebar 2 inci (5,08 cm).
-        Anak mampu melompat dan meloncat secara akurat ke dalam kotak-kotak kecil.
-        Anak mampu melakukan latihan jumping jack secara akurat.
8
-        Anak memiliki kekuatan genggaman sebesar 12 pon (6 kg).
-        Jumlah anak yang bersedia berpartisipasi dalam permainan, baik laki-laki maupun perempuan paling besar dalam usia ini.
-        Anak-anak mampu melakukan lompatan dalam ritme yang bervariasi dengan pola 2-2, 2-3, 3-3.
-        Anak perempuan dapat melempar bola kecil sejauh 40 kaki (12,19m).
9
-        Anak laki-laki mampu berlari dengan kecepatan 16,5 kaki (5,2m) perdetik.
-        Anak laki-laki mampu melempar bola kecil sejauh 70 kaki (21,33m).
10
-        Anak-anak dapat menangkap dan mencegat bola kecil yang dilempar pada jarak tertentu.
-        Anak perempuan dapat berlari dengan kecepatan 17 kaki (5,18m) per detik.
11
-        Lompatan terlebar untuk anak laki-laki adalah 5 kaki (1,52m) dan untuk anak perempuan adalah 4,5 kaki (1,36m).
Sumber: diadaptasi dari bryant J, Cratty, Perceptual and Motor Development in Infants and Children, edisi ketiga Inglewood Cliffs, NJ; Prentice Hall, 1986.
Untuk memperhalus keterampilan-keterampilan motorik mereka, anak-anak terus melakukan berbagai aktivitas fisik. Aktivitas fisik ini dilakukan dalam bentuk permainan yang terkadang bersifat informal, permainan yang diatur sendir oleh mereka, seperti umpet-umpetan, dimana anak menggunakan keterampilan motoriknya. Disamping itu, anak-anak juga melibatkan diri dalam aktivitas permainan olahraga yang bersifat formal, seperti senam, berenang, dll.
Anak laki-laki cenderung memilih permainan yang banyak menggunakan kemampuan fisik, sedangkan anak perempuan cenderung menyukai permainan yang mengandung ekspresi verbal atau menghitung dengan suara lantang seperti lompat tali. Permainan seperti yang telah disebutkan di atas dapat meningkatkan ketangkasan dan kemampuan dalam bersosialisasi serta membantu penyesuaian diri terhadap sekolah (Pellegrini, Kato, Blatchfrod, & Baines, 2002).
Sekitar 10% dari anak usia sekolah, pada kelas awal, memainkan permainan kasar dan jatuh seperti bergulat, menendang, berguling, menjepit, dan mengejar, terkadang diikuti suara tertawa dan menjerit (Bjorklund & Pellegrini, 2002). Permainan seperti ini terlihat seperti perkelahian, akan tetapi permainan ini adalah permainan yang sudah biasa dimainkan dengan teman (P. K. Smith, 2005a).
Anak laki-laki di seluruh dunia lebih banyak berpartisipasi dalam permainan tersebut, dibandingkan dengan anak perempuan, hal tersebut dimungkinkan karena perbedaan hormon dan sosialisasi, dan oleh karena itu pula dalam permainan terdapat pemisahan jenis kelamin (Bjorklund & Pellegrini, 2002; Pellegrini dkk.,; P.K, Smith, 2005). Dari sudut pandang evolusioner, permainan di atas memiliki keuntungan adaptif, yaitu mengasah perkembangan otot dan tulang, latihan yang aman untuk mengingkatkan kemampuan dalam menyerang dan berkompetisi. Di usia 11 tahun adalah saat untuk menetapkan dominasi di antara teman sepermainan (Bjorklund & Pellegrini, 2000, 2002; P.K, Smith, 2005b).
Selain meningkatkan kemampuan motorik, aktivitas fisik secara rutin dapat memberikan keuntungan, baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu kontrol berat badan, penurunan tekanan darah, meningkatkan fungsi jantung dan pernapasan, serta meningkatkan harga diri dan kesejahteraan. Anak yang aktif, akan cenderung menjadi orang dewasa yang aktif. Organisasi olahraga harus mampu merekrut anak sebanyak mungkin dan harus fokus pada pembentukan keterampilan, bukan hanya berfokus pada kemenangan (AAP Committee on Sports Medicine and Fitness, 1992; Council on Sports Medicine and fitness % Council on School Health, 2006).


DAFTAR PUSTAKA 
Allen. (2010). Profil Perkembangan Anak. Jakarta: Indeks.
Desmita, (2009). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Feldman, R.S. (2009). Development Across The Life Span. New Jersey: Pearson Education.
Feldman, R.S. (2012). Discovering The Life Span 2th Edition. New York: Pearson
Harlock, E.B. (1980). Psikologi Perkembangan (Terjemahan). Jakarta: Erlangga
Kail, R.V dan Cavamaugh, J.C. (2010). Human Development A Life Span View. Australia: Wadswoth Cangage Learning.
Papalia dan Feldman. (2014). Menyelami Perkembangan Manusia Edisi Ke-12 Terjemahan. Jakarta: Salemba Humatika.
Santrock. J.W. (2012). Life-Span Dpelopment, Perkembangan Masa-Hidup Edisi Ketigabelas Jilid 1 (Terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Santrock, J.W. (2011). Life Span Development 13th Edition. New York: MC. Graw Hill Companies Inc.
Sigelman, C.K and Rider, E.A. (2009). Life Span Human Development. Australia: