A.
Pertumbuhan
Badan
Pertumbuhan pada masa anak berlangsung secara lambat
namun konsisten. Masa ini merupakan periode tenang sebelum akhirnya mereka
mengalami pertumbuhan yang cepat (grow
spurt) dimasa remaja. Pada usia antara 6 dan 11 tahun, anak-anak tumbuh
sekitar 2-3 inci (5,8 cm - 7,62 cm) setiap tahunnya dan beratnya bertambah
sekitar dua kali lipat (McDowell, Fray, Odgen, & Flegal, 2008). Ketika
berusia 11 tahun. Anak perempuan biasanya memiliki ketinggian 4 kaki 101/4
inci (147.95 cm) Sementara anak laki-laki biasanya memiliki ketinggian 4 kaki 9
inci (144.78 cm). Di masa kanak-kanak pertengahangan dan akhir anak-anak
mengalami penambahan berat badan sebesar 5 hingga 7 pon (2,5 kg - 3,5 kg) setiap
tahunnya. Pertambahan berat ini terutama terkait dengan peningkatan ukuran
kerangka dan sistem otot, maupun ukuran
beberapa organ tubuh (Santrock, 2012).
Perubahan proporsi adalah perubahan fisik yang
paling jelas terlihat dimasa anak-anak pertengahan dan akhir. Lingkar kepala,
lingkar pinggang, dan panjang kaki, berkurang dibandingkan dengan ketinggian
tubuh (Hockenberry & Wilson, 2009). Perubahan fisik yang kurang terlihat
secara jelas adalah tulang mengeras di masa anak-anak namun menjadikan tekanan
dan tarikan yang lebih kuat daripada tulang orang dewas. Jadi, pada masa ini peningkatan berat badan lebih banyak
dibandingkan panjangkan badannya. Kaki dan tangan menjadi lebih panjang, dada
dan panggul lebih besar. Peningkatan berat badan anak selama masa ini terjadi
terutama karena bertambahnya ukuran sistem rangka dan otot, serta ukuran
beberapa organ tubuh (Desmita, 2009).
Masa dan kekuatan otot meningkat secara bertahap di
tahun-tahun ini, sementara “lemak bayi” mulai berkurang. Berak-gerakan bebas
dan benturan-benturan pada lutut di masa anak-anak dapat menumbuhkan otot. Di
masa ini, faktor hereditas maupun olahraga
dapat melipatgandakan kekuatan mereka. Anak laki-laki biasanya juga
lebih kuat dibandingkan anak perempuan karena mimilki jumlah sel otot lebih
banyak. Anak perempuan memiliki jaringan lemak lebih banyak daripada anak
laki-laki, sifat ini akan terus bertahan hingga dewasa (Feldman, 2015).
Contoh
anak laki-laki dan perempuan dari ras Afro Amerika cenderung tumbuh lebih cepat
dibandingkan anak dari ras kulit putih. Pada usia 6 tahun, anak perempuan dari
ras Afro Amerika memiliki massa otot dan massa tulang yang lebih besar daripada
anak perempuan (dengan usia yang sama) dari ras Eropa Amerika (ras kulit putih)
atau ras Meksiko Amerika, sedangkan anak perempuan dari ras Meksiko Amerika
memiliki presentase lemak tubuh lebih besar dibandingkan dengan anak perempuan
dengan ukuran yang sama dari ras kulit putih (Ellis, Abrams, & Wong, 1997).
Tabel
2.1
Tabel
Pertumbuhan Fisik Anak pada Usia 6-11 tahun (presentil ke-50*)
Usia
|
Tinggi
Badan (Inci)
|
Berat
Badan (Pon)
|
||
Perempuan
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Laki-laki
|
|
6
|
46,6
|
47,6
|
48,8
|
52,2
|
7
|
49,5
|
49,3
|
56,6
|
56,4
|
8
|
51,4
|
51,3
|
62,1
|
64
|
9
|
54,5
|
54,0
|
75,0
|
71,2
|
10
|
56,6
|
55,7
|
89,2
|
82,2
|
11
|
59,6
|
58,8
|
104,3
|
97,4
|
*50%
anak dari setiap kategori memiliki tinggi dan berat badan lebih tinggi dan
berat badan di atas, sedangkan 50% berada di bawahnya.
Sumber:
McDowell, Fryar, Odgen & Flegal, 2008.
Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa:
-
Pada usia 6 tahun anak laki-laki memiliki postur tubuh lebih
tinggi dan memiliki badan lebih berat dibandingkan perempuan.
-
Pada usia 7 tahun anak perempuan memiliki postur tubuh lebih
tinggi dan memiliki badan lebih berat dibandingkan anak perempuan.
-
Pada usia 8 tahun anak perempuan memiliki postur tubuh lebih
tinggi dibanding anak laki-laki namun anak laki-laki
memiliki berat badan lebih berat dibandingkan anak perempuan.
-
Pada usia 9-11 tahun anak perempuan memiliki postur tubuh lebih
tinggi dan memiliki badan lebih berat dibandingkan anak perempuan.
B.
Perkembangan
Motorik
Dimasa anak-anak, keterampilan motorik anak menjadi
lebih halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan di masa kanak-kanak. Anak-anak
terlihat lebih cepat dalam berlari dan makin pandai meloncat. Anak juga semakin
mampu menjaga keseimbangan badannya. Penguasaan badan, seperti membongkok,
melakukan bermacam-macam latihan senam serta aktivitas olahraga berkembang
pesat (Desmita, 2009). Sebagai contoh, di usia 3 tahun, hanya satu dari seribu
anak-anak yang dapat memukul bola tenis hingga melewati net, namun di usia 10
atau 11 tahun hampir semua anak dapat mempelajari olahraga ini. Keterampilan motorik kasar ini banyak
melibatkan aktivitas otot. Dimana anak
laki-laki biasanya lebih unggul dibandingkan anak perempuan.
Meningkatkan mielinisasi (proses pematangan selubung
saraf) dari sistem saraf pusat dapat terlihat dalam peningkatan keterampilan
motorik halus dimasa anak-anak. Ana-anak lebih tangkas dalam menggunaan
tanggannya. Anak-anak usia 6 tahun dapat menggunakan palu, menempel, mengikat
tali sepatu, dan mengancingkan pakaian. Diusia 7 tahun, tangan anak-anak sudah
lebih mantap. Di usia ini, anak-anak memilih menggunakan pensil dibandingkan
krayon untuk menulis. Huruf yang ditulis terbalik juga sudah lebih jarang
terjadi. Tulisan tangan anak-anak sudah lebih kecil. Di usia 8 hingga 10 tahun,
tangan mereka dapat dipergunakan secara mandiri dengan lebih tenang dan tepat.
Koordinasi motorik halus sudah berkembang hingga mencapai tahap di mana
anak-anak sudah dapat menulis daripada sekedar mencetak kata-kata. Ukuran
tulisan kursif menjadi lebih kecil dan mantap. Di usia 10 hingga 12 tahun,
anak-anak mulai memperlihatkan keterampilan manipulasi yang serupa dengan
kemampuan orang dewasa. Mereka dapat menguasai gerakan-gerakan yang kompleks,
rumit dan cepat, yang dibutuhkan untuk menghasilkan atau untuk memainkan sebuah
lagu dengan menggunakan sebuah instrumen musik. Keterampilan motorik halus pada anak-anak perempuan biasanya lebih unggul dibandingkan pada anak laki-laki
(Santrock, 2012). Dibawah ini disajikan tabel perkembangan motorik anak:
Tabel.
2.2
Perkembangan
Motorik Anak
Usia
|
Perilaku
|
6
|
-
Anak perempuan superior dalam hal
gerakan akurasi, sedangkan anak laki-laki dalam aktivitas yang banyak
menggunakan tenaga, dan tidak terlalu kompleks.
-
Meloncat jika memungkinkan.
-
Anak mampu memindahkan tubuh dan
melompat dengan lincah.
|
7
|
-
Keseimbangan satu kaki tanpa
melihat memungkinkan.
-
Anak mampu berjalan di atas
palang selebar 2 inci (5,08 cm).
-
Anak mampu melompat dan meloncat
secara akurat ke dalam kotak-kotak kecil.
-
Anak mampu melakukan latihan jumping jack secara akurat.
|
8
|
-
Anak memiliki kekuatan genggaman
sebesar 12 pon (6 kg).
-
Jumlah anak yang bersedia
berpartisipasi dalam permainan, baik laki-laki maupun perempuan paling besar
dalam usia ini.
-
Anak-anak mampu melakukan
lompatan dalam ritme yang bervariasi dengan pola 2-2, 2-3, 3-3.
-
Anak perempuan dapat melempar
bola kecil sejauh 40 kaki (12,19m).
|
9
|
-
Anak laki-laki mampu berlari
dengan kecepatan 16,5 kaki (5,2m) perdetik.
-
Anak laki-laki mampu melempar
bola kecil sejauh 70 kaki (21,33m).
|
10
|
-
Anak-anak dapat menangkap dan
mencegat bola kecil yang dilempar pada jarak tertentu.
-
Anak perempuan dapat berlari
dengan kecepatan 17 kaki (5,18m) per detik.
|
11
|
-
Lompatan terlebar untuk anak
laki-laki adalah 5 kaki (1,52m) dan untuk anak perempuan adalah 4,5 kaki
(1,36m).
|
Sumber:
diadaptasi dari bryant J, Cratty, Perceptual
and Motor Development in Infants and Children, edisi ketiga Inglewood
Cliffs, NJ; Prentice Hall, 1986.
Untuk memperhalus keterampilan-keterampilan motorik
mereka, anak-anak terus melakukan berbagai aktivitas fisik. Aktivitas fisik ini
dilakukan dalam bentuk permainan yang terkadang bersifat informal, permainan
yang diatur sendir oleh mereka, seperti umpet-umpetan, dimana anak menggunakan
keterampilan motoriknya. Disamping itu, anak-anak juga melibatkan diri dalam
aktivitas permainan olahraga yang bersifat formal, seperti senam, berenang,
dll.
Anak laki-laki cenderung memilih permainan yang
banyak menggunakan kemampuan fisik, sedangkan anak perempuan cenderung menyukai
permainan yang mengandung ekspresi verbal atau menghitung dengan suara lantang
seperti lompat tali. Permainan seperti yang telah disebutkan di atas dapat
meningkatkan ketangkasan dan kemampuan dalam bersosialisasi serta membantu
penyesuaian diri terhadap sekolah (Pellegrini, Kato, Blatchfrod, & Baines,
2002).
Sekitar 10% dari anak usia sekolah, pada kelas awal,
memainkan permainan kasar dan jatuh seperti bergulat, menendang, berguling,
menjepit, dan mengejar, terkadang diikuti suara tertawa dan menjerit (Bjorklund
& Pellegrini, 2002). Permainan seperti ini terlihat seperti perkelahian,
akan tetapi permainan ini adalah permainan yang sudah biasa dimainkan dengan
teman (P. K. Smith, 2005a).
Anak laki-laki di seluruh dunia lebih banyak
berpartisipasi dalam permainan tersebut, dibandingkan dengan anak perempuan,
hal tersebut dimungkinkan karena perbedaan hormon dan sosialisasi, dan oleh
karena itu pula dalam permainan terdapat pemisahan jenis kelamin (Bjorklund
& Pellegrini, 2002; Pellegrini dkk.,; P.K, Smith, 2005). Dari sudut pandang
evolusioner, permainan di atas memiliki keuntungan adaptif, yaitu mengasah
perkembangan otot dan tulang, latihan yang aman untuk mengingkatkan kemampuan
dalam menyerang dan berkompetisi. Di usia 11 tahun adalah saat untuk menetapkan
dominasi di antara teman sepermainan (Bjorklund & Pellegrini, 2000, 2002;
P.K, Smith, 2005b).
Selain meningkatkan
kemampuan motorik, aktivitas fisik secara rutin dapat memberikan keuntungan,
baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu kontrol berat badan,
penurunan tekanan darah, meningkatkan fungsi jantung dan pernapasan, serta
meningkatkan harga diri dan kesejahteraan. Anak yang aktif, akan cenderung
menjadi orang dewasa yang aktif. Organisasi olahraga harus mampu merekrut anak
sebanyak mungkin dan harus fokus pada pembentukan keterampilan, bukan hanya
berfokus pada kemenangan (AAP Committee on Sports Medicine and Fitness, 1992;
Council on Sports Medicine and fitness % Council on School Health, 2006).
DAFTAR PUSTAKA
Allen.
(2010). Profil Perkembangan Anak. Jakarta:
Indeks.
Desmita,
(2009). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Feldman,
R.S. (2009). Development Across The Life
Span. New Jersey: Pearson Education.
Feldman,
R.S. (2012). Discovering The Life Span 2th
Edition. New York: Pearson
Harlock,
E.B. (1980). Psikologi Perkembangan
(Terjemahan). Jakarta: Erlangga
Kail,
R.V dan Cavamaugh, J.C. (2010). Human
Development A Life Span View. Australia: Wadswoth Cangage Learning.
Papalia
dan Feldman. (2014). Menyelami Perkembangan
Manusia Edisi Ke-12 Terjemahan. Jakarta: Salemba Humatika.
Santrock.
J.W. (2012). Life-Span Dpelopment,
Perkembangan Masa-Hidup Edisi Ketigabelas Jilid 1 (Terjemahan). Jakarta:
Erlangga.
Santrock,
J.W. (2011). Life Span Development 13th
Edition. New York: MC. Graw Hill Companies Inc.
Sigelman, C.K and Rider,
E.A. (2009). Life Span Human Development.
Australia: