PENGERTIAN KEBUDAYAAN DAN PERADABAN
|
Setelah
mempelajari modul ini Anda dapat:
1. menguraikan hasil peninggalan budaya zaman batu, 2. menjelaskan hasil peninggalan budaya zaman batu, dan 3. memberikan 5 contoh benda peninggalan Kebudayaan Batu Megalithikum. |
Adapun
pokok-pokok materi yang dapat Anda pelajari pada bagian modul ini meliputi:
1. Kebudayaan zaman batu. 2. Kebudayaan zaman logam. 3. Kebudayaan Megalithikum. |
|
|
Jika Anda mendengar/membaca istilah
kebudayaan, apa yang terlintas dalam pikiran Anda? Keseniankah atau hal
lain-lain?
|
Dalam kehidupan sehari-hari istilah kebudayaan diartikan dengan hal-hal yang menyangkut kesenian dan adat istiadat. Bahkan tidak jarang media massapun ikut mempopulerkan istilah kebudayaan terbatas pada hal-hal yang bersangkutan dengan unsur seni. Hal ini berarti terjadi penyempitan terhadap makna kebudayaan.
Kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta “Buddhayah” yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan akal.
Di samping itu pendapat para ahli lain mengupas kata kebudayaan sebagai perkembangan dari kata majemuk budi dan daya, yang berarti daya dari budi (kemampuan dari akal) yang berupa cipta rasa dan karsa, maka kebudayaan diartikan sebagai hasil dari cipta rasa dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kebudayaan dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu kebudayaan material dan kebudayaan immaterial. Kebudayaan material/jasmaniah adalah kebudayaan yang dapat diraba, dilihat secara konkrit/nyata atau yang bersifat kebendaan. Contohnya meja, buku, gedung, pakaian dan sebagainya.
Sedangkan kebudayaan immaterial/rohaniah/spiritual adalah kebudayaan yang tidak dapat dilihat dan diraba tetapi dapat dirasakan dan dinikmati contohnya religi, kesenian, ideologi, filsafat dan sebagainya.
Dari uraian di atas apakah Anda sudah memahami istilah kebudayaan? Untuk lebih memahami kebudayaan material masyarakat prasejarah Indonesia, maka Anda harus mengingat kembali uraian materi kegiatan belajar 2 modul 1 tentang pembabakan prasejarah berdasarkan arkeologinya menjadi zaman batu dan zaman logam.
Adapun bagian dari modul ini akan menguraikan lebih dalam lagi contoh-contoh dari periodisasi prasejarah tersebut. Sehingga untuk lebih jelasnya simaklah uraian materi berikut ini.
Kebudayaan Zaman Batu
Seperti yang telah disebutkan pada modul sebelumnya bahwa zaman batu berdasarkan hasil temuan alat-alatnya dan dari cara pengerjaannya, maka zaman batu tersebut terbagi menjadi 3 yaitu zaman batu tua atau kebudayaan Palaeolithikum (Palaeo = tua, Lithos = batu), zaman batu madya atau kebudayaan Mesolithikum (Meso = tengah) dan zaman batu muda atau kebudayaan Neolithikum (Neo = baru).
Untuk contoh-contoh dari hasil kebudayaan tersebut, akan diuraikan satu persatu agar pemahaman Anda lebih jelas.
1.
|
Kebudayaan Palaeolithikum/Batu tua. Hasil kebudayaan Palaeolithikum banyak ditemukan di daerah Pacitan (Jawa Timur) dan Ngandong (Jawa Timur). Untuk itu para arkeolog sepakat untuk membedakan temuan benda-benda prasejarah di kedua tempat tersebut yaitu sebagai kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong. Untuk mengetahui bentuk kebudayaan Pacitan sekarang Anda amati gambar 1 di bawah ini. Gambar 1. Alat Pacitan dari berbagai sisi Kapak genggam terkenal juga dengan sebutan kapak perimbas, atau dalam ilmu prasejarah disebut dengan chopper artinya alat penetak. Pembuatan kapak genggam dilakukan dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai menajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanya sebagai tempat menggenggam. Pada awal penemuannya semua kapak genggam ditemukan di permukaan bumi, sehingga tidak dapat diketahui secara pasti berasal dari lapisan mana.
Tabel 1.1 Pendukung kebudayaan Palaeolithikum
Setelah Anda mengisi tabel 1.1 maka simaklah kembali uraian materi selanjutnya. Berdasarkan penelitian yang intensif yang dilakukan sejak awal tahun 1990, dan diperkuat dengan adanya penemuan terbaru tahun 2000 melalui hasil ekskavasi yang dilakukan oleh tim peneliti Indonesia-Perancis diwilayah Pegunungan Seribu/Sewu maka dapat dipastikan bahwa kapak genggam/Chopper dipergunakan oleh manusia jenis Homo Erectus. Daerah penemuan kapak perimbas/kapak genggam selain di Punung (Pacitan) Jawa Timur juga ditemukan di daerah-daerah lain yaitu seperti Jampang Kulon, Parigi (Jawa Timur), Tambang Sawah, Lahat, dan KaliAnda (Sumatera), Awangbangkal (Kalimantan), Cabenge (Sulawesi), Sembiran dan Terunyan (Bali). Untuk lebih memahami lokasi penyebaran kapak perimbas maka buatlah tanda (bujur sangkar) pada gambar peta kepulauan Indonesia berikut ini. Gambar 2. Peta penyebaran kebudayaan Palaeolithikum. Di sekitar daerah Nganding dan Sidorejo dekat Ngawi, Madiun (Jawa Timur) ditemukan kapak genggam dan alat-alat dari tulang dan tanduk. Alat-alat dari tulang tersebut bentuknya ada yang seperti belati dan ujung tombak yang bergerigi pada sisinya. Adapun fungsi dari alat-alat tersebut adalah untuk mengorek ubi dan keladi dari dalam tanah, serta menangkap ikan. Untuk lebih jelasnya tentang alat-alat ini maka amati gambar 3 berikut ini. Gambar 3. Alat-alat tukang dan tanduk rusa dari Ngandong Selain alat-alat dari tulang yang termasuk kebudayaan Ngandong, juga ditemukan alat alat lain berupa alat alat kecil terbuat dari batu yang disebut dengan flakes atau alat serpih. Flakes selain terbuat dari batu biasa juga ada yang dibuat dari batu-batu indah berwarna seperti calsedon. Untuk mengetahui bentuk flakes maka amatilah gambar 4 berikut ini. Gambar 4. Flakes dari Sangiran Flakes mempunyai fungsi sebagai alat untuk menguliti hewan buruannya, mengiris daging atau memotong umbi-umbian. Jadi fungsinya seperti pisau pada masa sekarang. Selain ditemukan di Sangiran flakes ditemukan di daerah-daerah lain seperti Pacitan, Gombong, Parigi, Jampang Kulon, Ngandong (Jawa), Lahat (Sumatera), Batturing (Sumbawa), Cabbenge (Sulawesi), Wangka, Soa, Mangeruda (Flores).
a. Homo sapiens soloensis. b. Homo sapiens wajakensis. Jika jawaban Anda semua benar maka selamat untuk Anda dan lanjutkan uraian materi berikutnya. |
||||
2.
|
Kebudayaan Mesolithikum Ciri kebudayaan Mesolithikum tidak jauh berbeda dengan kebudayaan Palaeolithikum, tetapi pada masa Mesolithikum manusia yang hidup pada zaman tersebut sudah ada yang menetap sehingga kebudayaan Mesolithikum yang sangat menonjol dan sekaligus menjadi ciri dari zaman ini yang disebut dengan kebudayaan Kjokkenmoddinger dan Abris sous Roche. Rekomendasi : jika ada gambar / fotonya, sisipkan di sini. Kjokkenmoddinger adalah istilah yang berasal dari bahasa Denmark yaitu kjokken artinya dapur dan modding artinya sampah jadi Kjokkenmoddinger arti sebenarnya adalah sampah dapur. Dalam kenyataan Kjokkenmoddinger adalah timbunan atau tumpukan kulit kerang dan siput yang mencapai ketinggian ± 7 meter dan sudah membatu/menjadi fosil. Kjokkenmoddinger ditemukan disepanjang pantai timur Sumatera yakni antara Langsa dan Medan. Dari bekas-bekas penemuan tersebut menunjukkan bahwa manusia purba yang hidup pada zaman ini sudah menetap. Tahun 1925 Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan penelitian di bukit kerang tersebut dan hasilnya banyak menemukan kapak genggam yang ternyata berbeda dengan chopper (kapak genggam Palaeolithikum). Kapak genggam yang ditemukan di dalam bukit kerang tersebut dinamakan dengan pebble atau kapak Sumatera (Sumatralith) sesuai dengan lokasi penemuannya yaitu di pulau Sumatera. Untuk dapat mengetahui bentuk dari kapak Sumatera silahkan Anda amati gambar 5 berikut ini. Gambar 5. Pebble/Kapak Sumatera. Bentuk pebble seperti yang Anda lihat pada gambar 5 dapat dikatakan sudah agak sempurna dan buatannya agak halus. Bahan untuk membuat kapak tersebut berasal dari batu kali yang dipecah-pecah. Selain pebble yang ditemukan dalam Kjokkenmoddinger juga ditemukan sejenis kapak tetapi bentuknya pendek (setengah lingkaran) yang disebut dengan Hache Courte atau kapak pendek. Kapak ini cara penggunaannya dengan menggenggam. Di samping kapak-kapak yang ditemukan dalam Kjokkenmoddinger juga ditemukan pipisan (batu-batu penggiling beserta landasannya). Batu pipisan selain dipergunakan untuk menggiling makanan juga dipergunakan untuk menghaluskan cat merah, bahan cat merah yang dihaluskan berasal dari tanah merah.
Manusia pendukung Mesolithikum adalah Papua Melanosoide. Untuk selanjutnya Anda dapat mempelajari uraian materi berikutnya. Abris Sous Roche adalah goa-goa yang yang dijadikan tempat tinggal manusia purba pada zaman Mesolithikum dan berfungsi sebagai tempat perlindungan dari cuaca dan binatang buas. Penyelidikan pertama pada Abris Sous Roche dilakukan oleh Dr. Van Stein Callenfels tahun 1928-1931 di goa Lawa dekat Sampung Ponorogo Jawa Timur. Alat-alat yang ditemukan pada goa tersebut antara lain alat-alat dari batu seperti ujung panah, flakes, batu pipisan, kapak yang sudah diasah yang berasal dari zaman Mesolithikum, serta alat-alat dari tulang dan tanduk rusa. Di antara alat-alat kehidupan yang ditemukan ternyata yang paling banyak adalah alat dari tulang sehingga oleh para arkeolog disebut sebagai Sampung Bone Culture/kebudayaan tulang dari Sampung. Karena goa di Sampung tidak ditemukan Pebble ataupun kapak pendek yang merupakan inti dari kebudayaan Mesolithikum. Selain di Sampung, Abris Sous Roche juga ditemukan di daerah Besuki dan Bojonegoro Jawa Timur. Penelitian terhadap goa di Besuki dan Bojonegoro ini dilakukan oleh Van Heekeren. Untuk dapat mengetahui bentuk Abris Sous Roche silahkan Anda amati gambar 6 berikut ini. Gambar 6. Bentuk Abris Sous Roche Selain di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan, Abris Sous Roche juga ditemukan di daerah Timor dan Rote. Penelitian terhadap goa tersebut dilakukan oleh Alfred Buhler yang di dalamnya ditemukan flakes dan ujung mata panah yang terbuat dari batu indah. Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa zaman Mesolithikum sesungguhnya memiliki 3 corak kebudayaan yang terdiri dari: a. Kebudayaan pebble/pebble culture di Sumatera Timur. b. Kebudayaan tulang/bone culture di Sampung Ponorogo. c. Kebudayaan flakes/flakes culture di Toala, Timor dan Rote.
Tabel 1.4 Kebudayaan Mesolithikum
Setelah Anda melengkapi tabel 1.4, maka cocokkan jawaban
Anda dengan kunci jawaban di bawah ini.1. Sumatera Timur (Langsa - Medan). 2. Pebble, kapak pendek, batu pipisan. 3. Dr. Van Stein Callenpels. 4. Sampung. 5. Ujung mata panah, flakes, batu pipisan, alat-alat dari tulang. 6. Van Heekeren. 7. Bojonegoro. 8. Lamoncong/Sulawesi Selatan. 9. Flakes, pebble, ujung mata panah. 10. Frits Sarasin dan Paul Sarasin. 11. Timor dan Rote. 12. Flakes, ujung mata panah. 13. Alfred Buhler. Bagaimana hasil jawaban Anda? Apakah banyak yang benar? Jika jawaban Anda banyak yang sesuai dengan kunci jawaban yang telah disediakan, maka Anda dikatakan memahami uraian materi tersebut, tetapi jika masih banyak yang salah maka Anda harus mempelajari kembali uraian materi tersebut. Selanjutnya Anda harus menyimak kembali uraian materi berikut ini. Dengan adanya keberadaan manusia jenis Papua Melanosoide di Indonesia sebagai pendukung kebudayaan Mesolithikum, maka para arkeolog melakukan penelitian terhadap penyebaran pebble dan kapak pendek sampai ke daerah teluk Tonkin daerah asal bangsa Papua Melanosoide. Dari hasil penyelidikan tersebut, maka ditemukan pusat pebble dan kapak pendek berasal dari pegunungan Bacson dan daerah Hoabinh, di Asia Tenggara. Tetapi di daerah tersebut tidak ditemukan flakes, sedangkan di dalam Abris Sous Roche banyak ditemukan flakes bahkan di pulau Luzon (Filipina) juga ditemukan flakes. Ada kemungkinan kebudayaan flakes berasal dari daratan Asia, masuk ke Indonesia melalui Jepang, Formosa dan Philipina. Berdasarkan uraian materi di atas dapatlah disimpulkan:
Gambar 7. Peta jalur penyebaran kebudayaan Mesolithikum.
Setelah mengamati
gambar 7, sekarang coba Anda bandingkan peta jalur penyebaran kebudayaan
Mesolithikum dengan peta penyebaran kebudayaan Plaeolithikum.
Dari uraian materi
yang telah disajikan, maka tentu Anda dapat membandingkan penyebaran
kebudayaan Mesolithikum lebih banyak dibandingkan dengan penyebaran
kebudayaan Palaeolithikum. Dengan demikian masyarakat prasejarah selalu
mengalami perkembangan. Pergantian zaman dari Mesolithikum ke zaman
Neolithikum membuktikan bahwa kebudayaannya mengalami perkembangan dari
tingkat sederhana ke tingkat yang lebih kompleks.
Dalam rangka
menambah pemahaman Anda tentang perkembangan kebudayaan zaman Neolithikum,
maka simaklah uraian materi berikut ini.
|
||||
3.
|
Kebudayaan Neolithikum.
Masih ingatkah Anda nama kapak pada gambar 8? Kalau Anda
ingat nama kapak tersebut berarti Anda masih ingat asal-usul penyebaran kapak
tersebut melalui suatu migrasi bangsa Asia ke Indonesia.Hasil kebudayaan yang terkenal pada zaman Neolithikum ini adalah jenis kapak persegi dan kapak lonjong. Untuk meningkatkan pemahaman Anda tentang perkembangan kapak tersebut, maka amatilah gambar 8 di bawah ini. Gambar 8. Peninggalan zaman Neolithikum Penampang kapak persegi tersedia dalam berbagai ukuran, ada yang besar dan kecil. Yang ukuran besar lazim disebut dengan beliung dan fungsinya sebagai cangkul/pacul. Sedangkan yang ukuran kecil disebut dengan Tarah/Tatah dan fungsinya sebagai alat pahat/alat untuk mengerjakan kayu sebagaimana lazimnya pahat. Bahan untuk membuat kapak tersebut selain dari batu biasa, juga dibuat dari batu api/chalcedon. Kemungkinan besar kapak yang terbuat dari calsedon hanya dipergunakan sebagai alat upacara keagamaan, azimat atau tAnda kebesaran. Untuk lebih jelasnya bentuk kapak persegi dari chalcedon, maka amatilah gambar 9 berikut ini. Gambar 9. Kapak Chalcedon. Daerah asal kapak persegi adalah daratan Asia masuk ke Indonesia melalui jalur barat dan daerah penyebarannya di Indonesia adalah Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku. Walaupun kapak persegi berasal dari daratan Asia, tetapi di Indonesia banyak ditemukan pabrik/tempat pembuatan kapak tersebut yaitu di Lahat (Sumatera Selatan), Bogor, Sukabumi, Karawang, Tasikmalaya, Pacitan serta lereng selatan gunung Ijen (Jawa Timur). Pada waktu yang hampir bersamaan dengan penyebaran kapak persegi, di Indonesia Timur juga tersebar sejenis kapak yang penampang melintangnya berbentuk lonjong sehingga disebut kapak lonjong. Untuk mengetahui bentuk kapak lonjong, silahkan Anda amati gambar 10 berikut ini. Gambar 10. Kapak Lonjong. Sebagian besar kapak lonjong dibuat dari batu kali, dan warnanya kehitam-hitaman. Bentuk keseluruhan dari kapak tersebut adalah bulat telur dengan ujungnya yang lancip menjadi tempat tangkainya, sedangkan ujung lainnya diasah hingga tajam. Untuk itu bentuk keseluruhan permukaan kapak lonjong sudah diasah halus. Ukuran yang dimiliki kapak lonjong yang besar lazim disebut dengan Walzenbeil dan yang kecil disebut dengan Kleinbeil, sedangkan fungsi kapak lonjong sama dengan kapak persegi. Daerah penyebaran kapak lonjong adalah Minahasa, Gerong, Seram, Leti, Tanimbar dan Irian. Dari Irian kapak lonjong tersebar meluas sampai di Kepulauan Melanesia, sehingga para arkeolog menyebutkan istilah lain dari kapak lonjong dengan sebutan Neolithikum Papua.
Tabel 1.5 Hasil Kebudayaan Neolithikum dan Penyebarannya.
1. Beliung 2. Tarah 3. Daratan Asia - Malaysia Barat - Sumatra - Jawa Bali - Kalimantan. 4. Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku. 5. Alat pertanian, pacul dan alat upacara 6. Suku Nias, Toraja, Sasak, Dayak, Batak (Proto Melayu). 7. Walzenbeil. 8. Kleinbeil. 9. Daratan Asia - Jepang - Formosa - Philipina - Minahasa - Irian. 10. Irian , Leti, Tanimbar, Seram, Gorong, Minahasa. Apakah jawaban Anda banyak tepat? Jika jawaban Anda banyak yang tepat, maka selamat untuk Anda! Berarti Anda telah memahami uraian materi yang telah Anda pelajari. Untuk selanjutnya simak kembali uraian materi berikutnya. Pada jaman Neolithikum selain berkembang kapak persegi dan kapak lonjong juga terdapat barang-barang yang lain seperti perhiasan, gerabah dan pakaian. Perhiasan yang banyak ditemukan umumnya terbuat dari batu, baik batu biasa maupun batu berwarna/batu permata atau juga terbuat dari kulit kerang. Selain perhiasan, gerabah juga baru dikenal pada zaman Neolithikum, dan teknik pembuatannya masih sangat sederhana, karena hanya menggunakan tangan tanpa bantuan roda pemutar seperti sekarang. Sedangkan pakaian yang dikenal oleh masyarakat pada zaman Neolithikum dapat diketahui melalui suatu kesimpulan penemuan alat pemukul kayu di daerah Kalimantan dan Sulawesi Selatan. Hal ini berarti pakaian yang dikenal pada zaman Neolithikum berasal dari kulit kayu. Dan kesimpulan tersebut diperkuat dengan adanya pakaian suku dayak dan suku Toraja, yang terbuat dari kulit kayu. Dengan adanya contoh-contoh kebudayaan Neolithikum, maka untuk memudahkan Anda memahami keseluruhan dari kebudayaan zaman batu. Simaklah tabel 1.6 berikut ini
Tabel 1.6 Ikhtisar Kebudayaan Zaman Batu
|
Kebudayaan
Zaman Logam
Dengan berkembangnya tingkat berpikir manusia, maka manusia tidak hanya menggunakan bahan-bahan dari batu untuk membuat alat-alat kehidupannya, tetapi juga mempergunakan bahan dari logam yaitu perunggu dan besi untuk membuat alat-alat yang diperlukan.
Seperti yang pernah Anda pelajari pada modul 1
kegiatan belajar 3 bahwa dengan adanya migrasi bangsa Deutro Melayu/Melayu muda
ke Indonesia maka masyarakat prasejarah Indonesia mengenal logam perunggu dan
besi secara bersamaan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka
kebudayaan logam yang dikenal di Indonesia
berasal dari Dongson, nama kota kuno di Tonkin yang menjadi pusat kebudayaan perunggu di Asia
Tenggara. Karena itu kebudayaan perunggu di Indonesia
disebut juga dengan Kebudayaan Dongson (Vietnam).
Munculnya kepandaian mempergunakan bahan
logam, tentu dikuti dengan kemahiran teknologi yang disebut perundagian, karena
logam tidak dapat dipukul-pukul atau dipecah seperti batu untuk mendapatkan
alat yang dikehendaki, melainkan harus dilebur terlebih dahulu baru kemudian
dicetak.
Teknik pembuatan alat-alat perunggu pada zaman
prasejarah terdiri dari 2 cara yaitu:
- Teknik a cire perdue atau cetakan lilin, caranya adalah membuat bentuk benda yang dikehendaki dengan lilin, setelah membuat model dari lilin maka ditutup dengan menggunakan tanah, dan dibuat lubang dari atas dan bawah. Setelah itu dibakar, sehingga lilin yang terbungkus dengan tanah akan mencair, dan keluar melalui lubang bagian bawah. Untuk selanjutnya melalui lubang bagian atas dimasukkan cairan perunggu, dan apabila sudah dingin, cetakan tersebut dipecah sehingga keluarlah benda yang dikehendaki.
- Teknik bivalve atau setangkap, caranya yaitu menggunakan cetakan yang ditangkupkan dan dapat dibuka, sehingga setelah dingin cetakan tersebut dapat dibuka, maka keluarlah benda yang dikehendaki. Cetakan tersebut terbuat dari batu ataupun kayu.
Dari penjelasan di atas, diskusikanlah bersama
teman-teman Anda untuk menentukan diantara 2 teknik tersebut yang lain lebih
efektif dan efisien, dan kemukakan alasannya.
Untuk selanjutnya hasil terpenting kebudayaan logam/perunggu di Indonesia akan disajikan pada uraian materi berikut ini.
Untuk selanjutnya hasil terpenting kebudayaan logam/perunggu di Indonesia akan disajikan pada uraian materi berikut ini.
a.
|
Kapak Corong
Kapak corong disebut juga kapak sepatu, karena
seolah-olah kapak disamakan dengan sepatu dan tangkai kayunya disamakan
dengan kaki.Pada dasarnya bentuk bagian tajamnya kapak corong tidak jauh berbeda dengan kapak batu, hanya bagian tangkainya yang berbentuk corong. Corong tersebut dipakai untuk tempat tangkai kayu . Untuk lebih memahami bentuk kapak corong, silahkan Anda amati gambar 11 berikut ini. Gambar 11. Kapak Corong. Pada dasarnya bentuk kapak corong sangat beragam jenisnya, salah satunya ada yang panjang satu sisinya yang disebut dengan candrosa yang bentuknya sangat indah dan dilengkapi dengan hiasan. Untuk mengetahui bentuk candrasa, silahkan Anda amati gambar 12 berikut ini. Gambar 12. Berbagai bentuk Candrasa Kalau dilihat dari bentuknya, tentu candrosa tidak berfungsi sebagai alat pertanian/pertukangan tetapi fungsinya diduga sebagai tAnda kebesaran kepala suku dan alat upacara keagamaan. Hal ini karena bentuknya yang indah dan penuh dengan hiasan. Daerah penyebaran kapak corong di Indonesia adalah Sumatra Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan, pulau Selayar serta Irian dekat Danau Sentani.
2. Kapak corong yang salah satu sisinya berukuan panjang disebut dengan .... 3. Teknik pembuatan kapak corong adalah .... 4. Fungsi dari kapak corong adalah (a) ...; (b) .... 5. Fungsi dari candrosa adalah (a) ...; (b) .... Seyogyanya Anda tidak melihat terlebih dahulu kunci jawabannya, agar tingkat pemahaman Anda terukur! Setelah Anda menuliskan jawabannya, maka cocokkan jawaban yang Anda tulis dengan kunci jawaban berikut ini.
|
||||||
b.
|
Nekara
Di daerah asalnya Dongson, pemilikan nekara merupakan
simbol status, sehingga apabila pemilikya meninggal, maka dibuatlah nekara
tiruan yang kecil yang dipakai sebagai bekal kubur.Nekara dapat juga disebut Genderang Nobat atau Genderang Ketel, karena bentuknya semacam berumbung, yang terbuat dari perunggu yang berpinggang dibagian tengahnya, dan sisi atasnya tertutup. Bagi masyarakat prasejarah, nekara dianggap sesuatu yang suci. Dari pernyataan tersebut, tentunya Anda bertanya mengapa nekara dianggap suci? Sedangkan di Indonesia nekara hanya dipergunakan waktu upacara-upacara saja antara lain ditabuh untuk memanggil arwah/roh nenek moyang, dipakai sebagai genderang perang dan dipakai sebagai alat memanggil hujan. Daerah penemuan Nekara di Indonesia antara lain, pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Bali, Pulau Sumbawa, Pulau Sangean, Pulau Roti dan pulau Kei serta pulau Selayar. Di antara nekara-nekara yang ditemukan di Indonesia, biasanya beraneka ragam sehingga melalui hiasan-hiasan tersebut dapat diketahui gambaran kehidupan dan kebudayaan yang ada pada masyarakat prasejarah. Pada umunya nekara yang ditemukan di Indonesia ukurannya besar-besar, contoh nekara yang ditemukan di desa Intaran daerah Pejeng Bali, memiliki ketinggian 1,86 meter dengan garis tengahnya 1,60 meter, nekara tersebut dianggap suci, sehingga ditempatkan di Pure Penataran Sasih. Dalam bahasa bali sasih artinya bulan, maka nekara tersebut dinamakan nekara Bulan Pejeng. Nekara yang ditemukan di pulau Alor selain bentuknya kecil juga ramping, disebut dengan Moko. Fungsi Moko selain sebagai benda pusaka, juga dipergunakan sebagai mas kawin atau jujur. Untuk mengetahui bentuk moko dan nekara, silahkan Anda amati gambar 13 berikut ini. Gambar 13. Nekara & Moko
Setelah pembahasan tentang kapak dan nekara, mudah-mudahan konsep pemahaman Anda tentang sejarah sebagai sebuah ilmu tentang waktu semakin jelas. Karena apa yang dihasilkan oleh masyarakat terus mengalami perkembangan dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang lebih kompleks. Hal ini dapat Anda ketahui melalui hasil-hasil budaya perunggu yang akan disajikan pada materi berikut ini. |
||||||
c.
|
Arca perunggu Arca perunggu/patung yang berkembang pada zaman logam memiliki bentuk beranekaragam, ada yang berbentuk manusia, ada juga yang berbentuk binatang. Pada umumnya arca perunggu bentuknya kecil-kecil dan dilengkapi cincin pada bagian atasnya. Adapun fungsi dari cincin tersebut sebagai alat untuk menggantungkan arca itu sehingga tidak mustahil arca perunggu yang kecil dipergunakan sebagai Liontin/bandul kalung. Daerah penemuan arca perunggu di Indonesia adalah Bangkinang (Riau), Palembang (Sumsel) dan Limbangan (Bogor). Untuk memperjelas pemahaman Anda tentang arca perunggu, maka amatilah gambar 14 berikut ini. Gambar 14. Arca Perunggu. |
||||||
d.
|
Bejana Perunggu
Untuk memperjelas pemahaman Anda tentang bejana perunggu
maka berikut ini disajikan salah satu gambar bejana yang ditemukan di
Kerinci. Silahkan Anda amati gambar 15 berikut ini.Bejana perunggu di Indonesia ditemukan di tepi Danau Kerinci (Sumatera) dan Madura, yang bentuknya seperti periuk tetapi langsing dan gepeng. Kedua bejana yang ditemukan mempunyai hiasan yang serupa dan sangat indah berupa gambar-gambar geometri dan pilin-pilin yang mirip huruf J. Gambar 15. Bejana Perunggu dari Kerinci (Sumatera) |
||||||
e.
|
Perhiasan Perunggu
Daerah penemuan perhiasan perunggu di Indonesia adalah Bogor,
Malang dan Bali.
Untuk mengetahui bentuk perhiasan perunggu tersebut dapat Anda amati gambar
16 berikut ini.Jenis perhiasan dari perunggu yang ditemukan sangat beragam bentuknya yaitu seperti kalung, gelang tangan dan kaki, bandul kalung dan cincin. Di antara bentuk perhiasan tersebut terdapat cincin yang ukurannya kecil sekali, bahkan lebih kecil dari lingkaran jari anak-anak. Untuk itu para ahli menduga fungsinya sebagai alat tukar (mata uang). Gambar 16. Aneka Ragam Perhiasan dari Perunggu. Di samping perhiasan perunggu seperti yang Anda lihat pada gambar 16, juga terdapat perhiasan yang lain yang terbuat dari kaca yang disebut manik-manik. |
||||||
f.
|
Manik manik
Untuk mengetahui bentuk manik-manik, silahkan Anda amati
gambar 17 berikut ini.Manik -manik yang berasal dari jaman perunggu ditemukan dalam jumlah yang besar sebagai bekal kubur, sehingga memberikan corak istimewa pada zaman perunggu. Gambar 17. Manik-manik Bagaimana menurut Anda? Pada zaman logam di samping berkembang kebudayaan perunggu, juga terdapat alat-alat kehidupan yang terbuat dari besi, walaupun jumlahnya tidak banyak. Jenis barang yang terbuat dari besi tersebut antara lain kapak, sabit, pisau, cangkul, pedang, tongkat dan tembilang. Daerah penemuan benda tersebut antara lain Bogor, Wonosari, Ponorogo dan Besuki. Setelah uraian materi contoh-contoh kebudayaan perunggu, maka untuk mengembangkan wawasan Anda. Diskusikanlah bersama teman-teman Anda. Apakah bahan dasar untuk membuat alat-alat dari perunggu dan besi berasal dari Indonesia? Tulislah jawaban dari hasil diskusi Anda, kemudian tanyakanlah kebenarannya kepada Guru Bina Anda! Selanjutnya agar Anda mudah memahami uraian materi kebudayaan zamanlogam maka simaklah ikhtisar kebudayaan logam pada tabel 1.7 berikut ini.
Tabel 1.7 Ikhtisar Kebudayaan Logam
1. Fungsi dari nekara adalah
2. Nekara terbesar dari pulau Bali ditemukan di daerah ....
3. Nekara dari pulau Bali disebut dengan .... 4. Nekara dari pulau Alor disebut dengan .... 5. Fungsi nekara dari Pulau Alor adalah
6. Arca perunggu kecil berfungsi sebagai
....
Setelah Anda mencocokkan jawaban Anda dengan kunci
jawaban. Apakah Anda sudah puas dengan jawaban Anda? Kalau Anda sudah puas,
silahkan Anda kembali mempelajari uraian materi berikutnya.7. Bejana perunggu di Indonesia ditemukan di daerah .... 8. Cincin yang bentuknya kecil pada zaman logam menurut dugaan berfungsi sebagai .... 9. Manik-manik yang berasal dari zaman logam sebagian besar ditemukan sebagai.... 10. Corak istimewa dari zaman perunggu adalah ditemukan .... |
Kebudayaan Megalithikum
Apakah Anda masih ingat kebudayaan Megalithikum?
Seperti yang pernah Anda pelajari pada modul sebelumnya bahwa megalithikum/kebudayaan batu besar sesungguhnya bukanlah mempunyai arti timbulnya kembali zaman batu sesudah zaman logam, tetapi kebudayaan megalithikum adalah kebudayaan yang menghasilkan bangunan-bangunan dari batu besar yang muncul sejak zaman Neolithikum dan berkembang pesat pada zaman logam.
Apakah Anda masih ingat kebudayaan Megalithikum?
Seperti yang pernah Anda pelajari pada modul sebelumnya bahwa megalithikum/kebudayaan batu besar sesungguhnya bukanlah mempunyai arti timbulnya kembali zaman batu sesudah zaman logam, tetapi kebudayaan megalithikum adalah kebudayaan yang menghasilkan bangunan-bangunan dari batu besar yang muncul sejak zaman Neolithikum dan berkembang pesat pada zaman logam.
Menurut Von Heine Geldern, kebudayaan Megalithikum menyebar ke Indonesia melalui 2 gelombang yaitu :
- Megalith Tua menyebar ke Indonesia pada zaman Neolithikum (2500-1500 SM) dibawa oleh pendukung Kebudayaan Kapak Persegi (Proto Melayu). Contoh bangunan Megalithikum adalah menhir, punden berundak-undak, Arca-arca Statis.
- Megalith Muda menyebar ke Indonesia pada zaman perunggu (1000-100 SM) dibawa oleh pendukung Kebudayaan Dongson (Deutro Melayu). Contoh bangunan megalithnya adalah peti kubur batu, dolmen, waruga Sarkofagus dan arca-arca dinamis.
Apa yang dinyatakan
dalam uraian di atas, dibuktikan dengan adanya penemuan bangunan batu besar
seperti kuburan batu pada zaman prasejarah, banyak ditemukan manik-manik,
alat-alat perunggu dan besi. Hasil kebudayaan megalithikum biasanya tidak
dikerjakan secara halus, tetapi hanya diratakan secara kasar dan terutama hanya
untuk mendapatkan bentuk yang diperlukan.
Peninggalan kebudayaan megalithikum ternyata masih dapat Anda lihat sampai sekarang, karena pada beberapa suku-suku bangsa di Indonesia masih memanfaatkan kebudayaan megalithikum tersebut. Contohnya seperti suku Nias.
Mengenai contoh-contoh suku lainnya dapat Anda
pelajari pada buku-buku yang relevan seperti buku yang berjudul Manusia dan
Kebudayaan di Indonesia
karangan Prof. Dr. Koentjaraningrat. Buku tesebut dapat Anda pinjam dari
perpustakaan umum atau perpustakaan sekolah bina Anda.
Untuk mendapatkan pemahaman yang jelas tentang kebudayaan megalithikum, maka simaklah contoh-contoh dari hasil kebudayaan megalithikum yang akan disajikan pada uraian materi berikut ini.
Untuk mendapatkan pemahaman yang jelas tentang kebudayaan megalithikum, maka simaklah contoh-contoh dari hasil kebudayaan megalithikum yang akan disajikan pada uraian materi berikut ini.
1.
|
Menhir
Lokasi tempat ditemukannya menhir di Indonesia adalah Pasemah (Sumatera Selatan),
Sulawesi Tengah dan Kalimantan. Untuk
mengetahui bentuk-bentuk menhir, maka simaklah gambar-gambar berikut ini.Menhir adalah bangunan yang berupa tugu batu yang didirikan untuk upacara menghormati roh nenek moyang, sehingga bentuk menhir ada yang berdiri tunggal dan ada yang berkelompok serta ada pula yang dibuat bersama bangunan lain yaitu seperti punden berundak-undak. Gambar 18. Menhir Bangunan menhir yang dibuat oleh masyarakat prasejarah tidak berpedoman kepada satu bentuk saja karena bangunan menhir ditujukan untuk penghormatan terhadap roh nenek moyang. Selain menhir terdapat bangunan yang lain bentuknya, tetapi fungsinya sama yaitu sebagai punden berundak-undak. |
||
2.
|
Punden Berundak-undak
Bangunan tersebut dianggap sebagai bangunan yang suci,
dan lokasi tempat penemuannya adalah Lebak Sibedug/Banten Selatan dan Lereng
Bukit Hyang di Jawa Timur, sedangkan mengenai bentuk dari punden berundak
dapat Anda amati gambar-gambar berikut ini.Punden berundak-undak adalah bangunan dari batu yang bertingkat-tingkat dan fungsinya sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal. Gambar 19. Punden berundak-undak dan ilustrasinya. entu Anda sudah pernah melihat candi Borobudur, baik secara langsung maupun hanya melalui gambar ataupun televisi. Candi Borobudur di Jawa Tengah adalah bangunan pemujaaan untuk umat Budha, dan menurut Prof. Dr. Sutjipto Wirgosuparto, arsitektur bangunan Borobudur merupakan tiruan atau kelanjutan dari punden berundak-undak.
Persamaan antara Borobudur dengan Punden Berundak-undak adalah sama-sama sebagai bangunan suci karena berfungsi untuk tempat pemujaan. Adapun perbedaannya candi Borobudur merupakan bangunan suci umat Budha, dan bentuk bangunannya sempurna dan indah karena penuh dengan relief dan ragam hias. Sedangkan Punden Berundak-undak hanyalah bangunan biasa yang terbuat dari batu yang disusun bertingkat-tingkat tanpa relief ataupun ragam hias dan sebagai tempat memuja arwah nenek moyang yang sudah meninggal. Berdasarkan penjelasan persamaan dan perbedaan antara Punden Berundak-undak dengan candi Borobudur, apakah Anda sudah memahami uraian materi tentang Punden Berundak-undak? Kalau Anda sudah merasa paham dengan uraian materi tersebut, maka Anda dapat mempelajari hasil budaya megalithikum selanjutnya. |
||
3.
|
Dolmen
Dengan demikian dolmen yang berfungsi sebagai tempat
menyimpan mayat disebut dengan kuburan batu. Lokasi penemuan dolmen antara
lain Cupari Kuningan/Jawa Barat, Bondowoso/Jawa Timur, Merawan, Jember/Jatim,
Pasemah/Sumatera, dan Nusa Tenggara Timur. Dolmen merupakan meja dari batu yang berfungsi sebagai tempat meletakkan saji-sajian untuk pemujaan. Adakalanya di bawah dolmen dipakai untuk meletakkan mayat, agar mayat tersebut tidak dapat dimakan oleh binatang buas maka kaki mejanya diperbanyak sampai mayat tertutup rapat oleh batu. Untuk mengetahui bentuk Dolmen, dapat Anda amati gambar 20 berikut ini. Gambar 20. Dolmen Bagi masyarakat Jawa Timur, dolmen yang di bawahnya digunakan sebagai kuburan/tempat menyimpan mayat lebih dikenal dengan sebutan Pandhusa atau makam Cina. Dari uraian materi di atas, apakah Anda sudah memahami tentang dolmen? Kalau Anda sudah paham bandingkan dengan hasil budaya Megalithikum berikut ini. |
||
4.
|
Sarkofagus
Daerah tempat ditemukannya sarkofagus adalah Bali. Menurut masyarakat Bali Sarkofagus memiliki
kekuatan magis/gaib. Berdasarkan pendapat para ahli bahwa sarkofagus dikenal
masyarakat Bali sejak zaman logam. Sarkofagus adalah keranda batu atau peti mayat yang terbuat dari batu. Bentuknya menyerupai lesung dari batu utuh yang diberi tutup. Dari Sarkofagus yang ditemukan umumnya di dalamnya terdapat mayat dan bekal kubur berupa periuk, kapak persegi, perhiasan dan benda-benda dari perunggu serta besi. Untuk memperjelas pemahaman Anda tentang Sarkofagus, maka amatilah gambar 21 berikut ini. Gambar 21. Sarkofagus |
||
5.
|
Peti kubur
Daerah penemuan peti kubur adalah Cepari Kuningan, Cirebon (Jawa Barat), Wonosari (Yogyakarta)
dan Cepu (Jawa Timur). Di dalam kubur batu tersebut juga ditemukan rangka
manusia yang sudah rusak, alat-alat perunggu dan besi serta manik-manik. Dari
penjelasan tentang peti kubur, tentu Anda dapat mengetahui persamaan antara
peti kubur dengan sarkofagus, dimana keduanya merupakan tempat menyimpan
mayat yang disertai bekal kuburnya. Tetapi untuk dapat mencari perbedaan
antara keduanya, silahkan Anda amati gambar 22 berikut ini. Peti kubur adalah peti mayat yang terbuat dari batu-batu besar. Kubur batu dibuat dari lempengan/papan batu yang disusun persegi empat berbentuk peti mayat yang dilengkapi dengan alas dan bidang atasnya juga berasal dari papan batu. Gambar 22. Peti kubur Tulislah jawaban Anda pada tabel berikut ini.
Dari uraian di atas, apakah Anda memahami perbedaan antara keduanya? Kalau Anda sudah paham, maka pelajari kembali uraian materi budaya megalthikum berikutnya. |
||
6.
|
Arca batu
Arca batu gajah adalah patung besar dengan gambaran
seseorang yang sedang menunggang binatang yang diburu. Arca tersebut
ditemukan di daerah Pasemah (Sumatera Selatan). Daerah-daerah lain sebagai
tempat penemuan arca batu antara lain Lampung, Jawa Tengah dan Jawa Timur.Arca/patung-patung dari batu yang berbentuk binatang atau manusia. Bentuk binatang yang digambarkan adalah gajah, kerbau, harimau dan moyet. Sedangkan bentuk arca manusia yang ditemukan bersifat dinamis. Maksudnya, wujudnya manusia dengan penampilan yang dinamis seperti arca batu gajah. Untuk mengetahui bentuk Arca batu gajah dapat Anda amati gambar 23 berikut ini. Gambar 23. Arca Batu Gajah dari Pasemah. Dengan melihat gambar tersebut sebagai salah satu contoh peninggalan Megalithikum, maka tugas Anda memberikan kesimpulan hubungan antara Kebudayaan Megalithikum dengan Kebudayaan Perunggu seperti yang terlihat pada Arca Batu Gajah. Tulislah kesimpulan Anda pada titik-titik di bawah ini. Kesimpulannya adalah .............................................................................................. ................................................................................................................................... Setelah Anda menuliskan kesimpulannya, maka cocokkan dengan penjelasan berikut ini. Penelitian terhadap Kebudayaan Megalithikum di dataran tinggi Pasemah/Sumatera Selatan dilakukan oleh Dr. Van Der Hoep dan Van Heine Geldern. Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa Kebudayaan Perunggu mempengaruhi Kebudayaan Megalithikum atau dengan kata lain Kebudayaan Megalithikum merupakan cabang dari Kebudayaan Dongson (Perunggu). Kesimpulan ini dibuat karena di Pasemah banyak ditemukan peninggalan budaya Megalith dan budaya perunggu, seperti patung/arca prajurit dengan topi logam/helm yang mengendarai kerbau atau gajah. Prajurit tersebut juga membawa nekara kecil pada panggungnya. Demikianlah uraian materi tentang contoh-contoh peninggalan megalithikum yang berkembang pada zaman prasejarah. Untuk memudahkan Anda memahami uraian materi Kebudayaan Megalithikum maka simaklah ikhtisar dari Kebudayaan Megalithikum seperti pada tabel 1.8 di bawah ini.
Tabel 1.8 Ikhtisar Kebudayaan Megalithikum
Dengan adanya ikhtisar/rangkuman tentang uraian materi
seperti pada tabel 1.8, mudah-mudahan Anda semakin mudah memahami uraian materi
tentang kebudayaan material masyarakat prasejarah Indonesia yang disajikan dalam
modul ini.Keterangan : Lokasi Penemuan untuk Dolmen ditambah dengan Merawan, Jember Demikian uraian materi kegiatan belajar 1 dari modul ini, semoga Anda mudah memahami materi kegiatan belajar ini dengan baik. Untuk mengukur tingkat pemahaman Anda kerjakanlah latihan soal berikut ini dengan sungguh-sungguh. |
thanks yoo
ReplyDeletegk mksd..mksdnya liat gmbr apa? gambar 1 lah 2 lah..gk ada gmbrnya!
ReplyDelete