1. Tunanetra
Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam
penglihatan. tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low vision. Definisi Tunanetra menurut Kaufman & Hallahan adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau
akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki
penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka
proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan
indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam
memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan
harus bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata.
sedangkan media yang bersuara adalah perekam suara dan peranti lunak JAWS. Untuk membantu tunanetra beraktivitas di sekolah
luar biasa mereka belajar mengenai Orientasi dan
Mobilitas. Orientasi dan
Mobilitas diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan
arah serta bagaimana menggunakan tongkat putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari
alumunium)
2.
Tunarungu
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam
pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu
berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah:
a.
Gangguan
pendengaran sangat ringan(27-40dB),
b.
Gangguan
pendengaran ringan(41-55dB),
c.
Gangguan
pendengaran sedang(56-70dB),
d.
Gangguan
pendengaran berat(71-90dB),
e.
Gangguan
pendengaran ekstrem/tuli(di atas 91dB).
Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu
tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa
isyarat, untuk abjad jari
telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa
berbeda-beda di setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa
verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan
dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.
3.
Tunagrahita
Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai
dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku yang muncul dalam masa perkembangan. klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ.
a.
Tunagrahita
ringan (IQ : 51-70),
b.
Tunagrahita
sedang (IQ : 36-51),
c.
Tunagrahita
berat (IQ : 20-35),
d.
Tunagrahita
sangat berat (IQ dibawah 20).
Pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih di titik
beratkan pada kemampuan bina diri dan sosialisasi.
4.
Tunadaksa
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak
yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau
akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu
memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang
yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik,
berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu
mengontrol gerakan fisik.
5.
Tunalaras
Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan
dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya
menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang
berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan
faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.
6.
Cerebral
palsy
Gangguan / hambatan karena kerusakan otak(brain injury) sehingga
mempengaruhi pengendalian fungsi motorik.
7.
Gifted (anak
berbakat)
Adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan (intelegensi), kreatifitas, da
tanggung jawab terhadap tugas (task commitment) diatas anak-anak seusianya(anak
normal).
8.
Autistis
Autisme adalah gangguan perkembangan anak yang disebabkan oleh adanya
gangguan pada sistem syaraf pusat yang mengakibatkan gangguan dalam interaksi
sosial, komunikasi dan perilaku.
9.
Asperger
Secara umum performa anak Asperger Disorder hampir sama dengan anak
autisme, yaitu memiliki gangguan pada kemampuan komunikasi, interaksi sosial
dan tingkah lakunya. Namun gangguan pada anak Asperger lebih ringan
dibandingkan anak autisme dan sering disebut dengan istilah ”High-fuctioning
autism”. Hal-hal yang paling membedakan antara anak Autisme dan Asperger adalah
pada kemampuan bahasa bicaranya. Kemampuan bahasa bicara anak Asperger jauh
lebih baik dibandingkan anak autisme. Intonasi bicara anak asperger cendrung
monoton, ekspresi muka kurang hidup cendrung murung dan berbibicara hanya
seputar pada minatnya saja. Bila anak autisme tidak bisa berinteraksi dengan
lingkungan sosialnya, anak asperger masih bisa dan memiliki kemauan untuk
berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Kecerdasan anak asperger biasanya ada
pada great rata-rata keatas. Memiliki minat yang sangat tinggi pada buku
terutama yang bersifat ingatan/memori pada satu kategori. Misalnya menghafal
klasifikasi hewan/tumbuhan yang menggunakan nama-nama latin.
10. Rett’s Disorder
Rett’s Disorder adalah jenis gangguan perkembangan yang masuk kategori ASD.
Aspek perkembangan pada anak Rett’s Disorder mengalami kemuduran sejak
menginjak usia 18 bulan yang ditandai hilangnya kemampuan bahasa bicara secara
tiba-tiba. Koordinasi motorinya semakin memburuk dan dibarengi dengan
kemunduran dalam kemampuan sosialnya. Rett’s Disorder hampir keseluruhan
penderitanya adalah perempuan.
11. Attention deficit disorder with
hyperactive (ADHD)
ADHD terkadang lebih dikenal dengan istilah anak hiperaktif, oleh karena
mereka selalu bergerak dari satu tempat ketempat yang lain. Tidak dapat duduk
diam di satu tempat selama ± 5-10 menit untuk melakukan suatu kegiatan yang
diberikan kepadanya. Rentang konsentrasinya sangat pendek, mudah bingung dan
pikirannya selalu kacau, sering mengabaikan perintah atau arahan, sering tidak
berhasil dalam menyelesaikan tugas-tugas di sekolah. Sering mengalami kesulitan
mengeja atau menirukan ejaan huruf.
12. Lamban belajar (slow learner)
Lamban belajar (slow learner) adalah anak yang memiliki potensi intelektual
sedikit di bawah normal tetapi belum termasuk tunagrahita. Dalam beberapa hal
mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir, merespon rangsangan dan
adaptasi sosial, tetapi masih jauh lebih baik dibanding dengan yang
tunagrahita, lebih lamban dibanding dengan yang normal, mereka butuh waktu yang
lebih lama dan berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik
maupun non akademik, dan karenanya memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
13. Anak yang mengalami kesulitan
belajar spesifik
Anak yang berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang secara nyata
mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik khusus (terutama dalam hal
kemampuan membaca, menulis dan berhitung atau matematika), diduga disebabkan
karena faktor disfungsi neugologis, bukan disebabkan karena factor inteligensi
(inteligensinya normal bahkan ada yang di atas normal), sehingga memerlukan
pelayanan pendidikan khusus. Anak berkesulitan belajar spesifik dapat berupa
kesulitan belajar membaca (disleksia), kesulitan belajar menulis (disgrafia),
atau kesulitan belajar berhitung (diskalkulia), sedangkan mata pelajaran lain
mereka tidak mengalami kesulitan yang signifikan (berarti).
No comments:
Post a Comment